Antara rumah dengan tempat ini, jangan kau buat aku untuk memilih. Saat untuk kali pertama memasuki gerbang tol itu, kukira setiap malam yang kulewati nantinya akan kulewati dengan isakan sedihku yang memanggil untuk selalu meminta pulang. Kupikir tempat ini sangatlah asing bagiku saat ku pertama kali melangkah ke dalamnya. Yang ku tahu hanyalah gelap yang menyelimuti kedatanganku. Tak ada satupun dari mereka yang menampakan diri dimalam itu. Tertidur lelap bersama butiran pil yang akan menyimpan mereka agar tetap tenang dan takan terjaga dalam tidur mereka . Aku takan berbohong kawan saat kukatakan kupikir tempat ini dihinggapi banyak makhluk tak nampak, kupikir kalian semua tahu maksud dari perkataanku ini. Malam pertama itu pun kami lewati dengan kesenyapan dengan perasaan berandai-andai, seandainya kami berada di rumah ditutupi selimut dalam kamar masing-masing dan bukanya tempat yang sunyi dimana orang-orang seperti mereka hidup berpegang pada pil-pil kecil itu hanya demi ketenangan semata.
Dengan tetesan air mata ini kuucapakan kalian semua agar baik-baiklah di tempat ini. Mereka bukanlah orang-orang yang jahat. Mereka yang selalu berusaha mengerti kalian. Mereka yang selalu berusaha memberi kalian kenyamanan bagaikan dirumah sendiri. Kini saatnya ku ucapkan harapan agar kalian semua disini baik-baik saja. Jaga teman satu jeruji kalian. Berbagilah apa yang bisa kalian bagi. Akan ku janjikan sepotong roti saat kelak kita bertemu kembali. Aku mohon jangan lupakan aku. Walaupun aku hanyalah satu dari seribu wajah yang datang dan pergi berkunjung. Aku bukan juga keluarga yang akan kalian selalu jadikan kenangan terakhir dan selalu tunggu kehadiranya, aku juga bukan pramu-pramu kalian yang senantiasa datang saat kalian butuhkan. Tapi alangkah sangat berartinya kalau aku bisa menjadi satu dari ribuan hal dan bukan hanya sekedar halusinasiyang akan selalu kau bawa sampai akhir. Kini ku pulang dengan 1001 kisah yang siap untuk ku bagi.