Senin, 29 September 2014

Secarik Cerita di Dalam Panti Soaial Bina Laras Harapan Sentosa 4


 
Antara rumah dengan tempat ini, jangan kau buat aku untuk memilih. Saat untuk kali pertama memasuki gerbang tol itu, kukira setiap malam yang kulewati nantinya akan kulewati dengan isakan sedihku yang memanggil untuk selalu meminta pulang. Kupikir tempat ini sangatlah asing bagiku saat ku pertama kali melangkah ke dalamnya. Yang ku tahu hanyalah gelap yang menyelimuti kedatanganku. Tak ada satupun dari mereka yang menampakan diri dimalam itu. Tertidur lelap bersama butiran pil yang akan menyimpan mereka agar tetap tenang dan takan terjaga dalam tidur mereka . Aku takan berbohong kawan saat kukatakan kupikir tempat ini dihinggapi banyak makhluk tak nampak, kupikir kalian semua tahu maksud dari perkataanku ini. Malam pertama itu pun kami lewati dengan kesenyapan dengan perasaan berandai-andai, seandainya kami berada di rumah ditutupi selimut dalam kamar masing-masing dan bukanya tempat yang sunyi dimana orang-orang seperti mereka hidup berpegang pada pil-pil kecil itu hanya demi ketenangan semata. 









Dengan tetesan air mata ini kuucapakan kalian semua agar baik-baiklah di tempat ini. Mereka bukanlah orang-orang yang jahat. Mereka yang selalu berusaha mengerti kalian. Mereka yang selalu berusaha memberi kalian kenyamanan bagaikan dirumah sendiri. Kini saatnya ku ucapkan harapan agar kalian semua disini baik-baik saja. Jaga teman satu jeruji kalian. Berbagilah apa yang bisa kalian bagi. Akan ku janjikan sepotong roti saat kelak kita bertemu kembali. Aku mohon jangan lupakan aku. Walaupun aku hanyalah satu dari seribu wajah yang datang dan pergi berkunjung. Aku bukan juga keluarga yang akan kalian selalu jadikan kenangan terakhir dan selalu tunggu kehadiranya, aku juga bukan pramu-pramu kalian yang senantiasa datang saat kalian butuhkan. Tapi alangkah sangat berartinya kalau aku bisa menjadi satu dari ribuan hal dan bukan hanya sekedar halusinasiyang akan selalu kau bawa sampai akhir. Kini ku pulang dengan 1001 kisah yang siap untuk ku bagi. 

Sabtu, 31 Mei 2014

Dear Someone

I dedicated this entry for my friend, the one who's living with hatred by everyone not because who she was but because her way of treating other people who's just trying to help her..Enjoy!

Semua orang dapat melihat tetapi tidak semua dapat merasakan apa yang mereka lihat. Bukan ingin memandang hanya ingin dapat memendam. Semua kata itu terlewat maknanya sudah. Menangis pun tak akan ada yang kan menghampiri. Berjalan, mencari jalanya sendiri karena tak ada satu wajah pun yang mau menoleh. Tak maunya berteriak, karena wahai langit tak akan kudengar jawabnya dan atas bintang tak akan ku dengar pula sahutanya. Bukan, dirinya tak sendiri disini, hanya saja jiwanya.....tak ada yang ingin datang dan menyapa jiwanya. Tak ada yang mau menemaninya dan mendengarkanya. Siapa pun engkau disana harapnya adalah ilusi ingin mencari yang selama ini ia cari walau hanya berbekal sedikit bercak bayang tersembunyi yang tak akan muncul kekal abadi selamanya. Layaknya seorang penonton sebuah pantomim yang ingin tertawa namun harus ditahanya tawa itu dalam-dalam karena ia tahu gerbang kekecewaan itu menunggunya di ambang mencoba memberi tahunya perlahan tanpa ingin menyakiti jiwanya bahwa tak akan ada satu jiwa pun yang ingin membagi tawa tersebut denganya dipelukanya. Jiwanya, bukan hatinya. Raga ini tak pantas kau beri hati karena ia takkan tahu bagaimana cara mempergunakanya. Namun jiwa, setiap orang bodoh atau pembunuh berantai yang keji itu pun dalam dirinya mempunyai sebuah jiwa. Namun hati? mereka tak pantas diberikan sebuah hati karena pada akhirnya mereka sendiri yang akan membakar hati hati mereka. Bukan karena mereka semua membencimu karena siapa dirimu. Tapi mereka membencimu karena semua pelukan yang secara diam-diam kau lepas genggamanya. Karena gerbang gerbang tinggi yang kau buat untuk menhalau perkataan merka itu sehingga kau akan nampak terlihat jauh lebih tinggi disinggah sanamu. Dan karena kau memilih untuk berjalan sendiri dengan melemparkan budak budakmu yang selalu kau injak walau kau berpura untuk tidak tahu. Wahai teman kau bukan seorang jalanan yang tak tahu cara hidup berpolitik, dan kau juga bukan kaum rimba yang tak tahu hidup layaknya di kota. Jangan bodoh ...kau yang pilih jalan untuk menjadi bodoh.

Selasa, 18 Maret 2014

Remember The Days When We Were Young

"Lollipops turn into cigarettes. The innocent ones turn into sluts. Homework goes in the trash. Mobile phones are being used in class. Detention becomes suspension. Soda becomes vodka. Bikes become cars. Kisses turn into sex. Remember when getting high meant swinging on the playground? When protection meant wearing a helmet? When the worst things you could get from boys were cooties? Dad’s shoulders were the highest place on earth and mum was your hero? Your worst enemies were your siblings. Race issues were about who ran the fastest. War was only a card game. And the only drug you knew was cough medicine. When wearing a skirt didn’t make you a slut. The most pain you felt was when you skinned your knees, and goodbyes only meant until tomorrow? And we couldn’t wait to grow up".

Rabu, 12 Maret 2014

Untitled 6!



Bila tidak ada seseorang yang mau menyiakan kehadiran nya hanya untuk mendengarkanmu, Panggilah aku ….
Jika dunia menjadi gelap dengan tak ada yang tersisah didalamnya dan takkan ada lagi yang mau bersiri disisimu, Carilah aku ….
Bila takkan ada satupun figur yang bersedia menjadi saksi dari semua air matamu, Datanglah padaku ….
Jika tidak ada yang seorang pun mau mempermalukan dirinya untuk melihatmu sebagai mana adanya dirimu, Larilah kepadaku ….
Bila tidak ada yang mau berbaik hati untuk memberitahumu kemana kau harus pergi, bertanyalah padaku ….
Jika tidak ada satupun yang bersedia untuk duduk bersamamu dalam dingin, mengadulah padaku ….
Bila tidak ada yang mau untuk menemanimu bercerita untuk sepanjang malam hingga pagi menjelang, Simpanlah cerita itu untukku ….
Jika langit mulai gelap dan tidak ada satu pun yang ingin berjalan bersamamu dikala hujan, berjalanlah kepadaku ….
Bila kau membutuhkan sebuah tangan untuk kau genggam saat kau harus menyebrangi jalan itu namun tak satu pun dating untuk kau gengam, Pintalah diriku ….
Jika pagi menjelang dan tidak ada yang mau bersanding berlari bersamamau di pagi itu, Raihlah diriku ….
Dan bila mereka sudah lelah dengan kehadiranmu, Kembalilah, Pulanglah kepada diriku ….



Aku memang takkan bisa berjanji untuk selalu ada disini saat kau pulang padaku nantinya
Tapi aku berjanji takkan sekalipun aku memalingkan diriku saat angin mempertemukan kita kembali
Aku pun bukan orang yang pintar untuk merangkai sebuah kata demi menghapus air matamu
Tapi aku tidak akan menyia-nyiakan pundakku hanya untuk orang lain selain dirimu, pundak ini milikmu saat kau kembali
Aku juga tidak bisa memainkan sebuah kata untuk bisa membuatmu tertawa
Tapi aku takkan berbohong saat aku berjanji aku akan membuatmu nyaman dengan duduk bersamaku dalam diam

Aku memang tidak bisa menjemput sebuah waktu agar datang padaku lebih cepat
Aku juga tidak bisa memberikan apa-apa untuk dirinya agar ia berharga kembali padaku
Tapi, keyakikan ini akan selalu ada mengikuti kemana harapanku ada
Keyakinan bahwa dirinya kan berlari untuk pulang kepadaku


Rabu, 05 Maret 2014

Untitled 5!

Apakah kamu disana?

Apakah kamu disana?
Saat aku membutuhkan sebuah pilar untuk kubagi sebuah cerita
Saat aku tidak ada keyakinan untuk kepada siapa aku harus percaya
Saat aku merasa dunia dan seisinya berusaha untuk memerangiku
Saat aku tidak tahu lagi mengapa?

Apakah kamu disana?
Untuk semua kenangan yang pernah aku ciptakan dan sesalkan
Untuk semua tawa yang pernah ku rubah menjadi air mata
Untuk segala kecerobohanku yang menghasilkan derai tawa dari mereka
Untuk segala kegembiraan yang kering karena tersapu air hujan

Apakah kamu disana?
Saat aku mempunyai hari yang buruk dalam mingguku
Saat aku merasa seakan – akan aku menghilang dan terkalahkan
Saat aku merasa takut dan hanya seorang diri untuk berdiri
Saat aku tidak tahu harus kemana untuk berputar?

Apakah kamu disana?
Untuk segala hari pertamaku di setiap sekolahku yang baru
Untuk segala kegugupanku berbaur dengan orang-orang yang baru
Untuk segala penderitaan dibalik hal-hal yang kucoba tuk sadari
Untuk segala harapan yang masih aku pertahankan

Apakah kamu disana?
Untuk menjadi seorang teman yang selalu kubisikan segala rahasiaku
Untuk menjawab segala  telephonku hanya agar aku tak sendiri
Untuk memberiku sebuah pelukan saat aku membutuhkan itu
Untuk tempatku berbagi apa pun yang terbaik bagiku?

Apakah kamu disana?
Saat aku sakit dan tidak bisa menikmati hangatnya udara di luar
Saat aku merasa akan kehilangan segalanya yang ku miliki
Saat aku merasa tidak ada lagi harapan terbentang di langit sana
Saat aku tertawa………menertawakan diriku sendiri.

Apakah kamu disana?
Dan aku menjawab…….
Ya, dirinya selau ada disana…..
Disini, menemaniku dalam dingin dan gelapku.


Jumat, 28 Februari 2014

#!!#

Aku tidak pernah berkata seperti itu pada siapa pun, aku tidak pernah membuat orang menyadari bahwa mereka tidak mengenalku. Mungkin, sesuatu terjadi dan itulah alasan aku seperti ini. Karena manusia tidak akan berubah menjadi monster tanpa sebuah alasan. Mungkin sesuatu yang terjadi di hari kemarin yang mempengaruhiku di hari ini lebih lama dari yang aku bayangkan.  

Tidak seorang pun pernah melewati banyak kesulitan seperti ini untuk menjadi teman saya, tapi itu karena saya tidak pernah menjadi seperti ini. Aku terbiasa untuk membiarkan sembarang orang masuk ke dalam hidupku dan aku merasa nyaman dengan membiarkan semua orang tahu setiap detail kehidupanku. Mungkin perubahan adalah hal yang buruk tetapi mungkin berubah adalah hal yang baik. Hanya waktu yang akan menjawab.

Aku berharap aku bisa melihat diriku dari sudut pandang orang lain, hanya untuk melihat bagaimana mengerikan aku benar-benar.

Only in fairy tales and unrealistic scenarios. Not in regular life 

Selasa, 25 Februari 2014

Dance With my Father by Luther Vandross



Semua lagu yang tertulis oleh seseorang yang tak secara langsung menggambarkan perasaan kita pada seseorang tentu sangat mudah untuk bisa jadi bagian dari hati kita. Seperti lagu Dance With my Father by Luther Vandross , nggak tau kenapa hari ini atau bahkan sejak kemarin lagu ini selalu terngiang di otak saya. Mungkin karena besok adalah ulang tahun ayah? Mungkin.

Lagu ini sendiri bercerita tentang seorang anak yang mengingat masa kecilnya bersama kenangan saat dirinya masih belum mengerti apa-apa saat ayahnya akan mengangkat nya dan memutarnya tinggi di udara dan menari bersama sang ibu, sampai akhirnya ia tertidur dan sang ayah kan mengangkatnya ke kamarnya. Saat ia menginginkan sesuatu namun ibunya tidak setuju ia akan berpaling pada sang ayah. Sang ayah pun akan membuatnya tertawa untuk menenangkanya dan akhirnya membuatnya menuruti apa kata sang ibu. Malamnya saat ia tertidur sang ayah akan meninggalkan uang dibawah selimutnya. Dan saat itu ia tahu bahwa ia dicintai dan ia tidak pernah berpikir bahwa ayahnya kini meninggalkanya.....
Kini ia hanya bisa berharap untuk sebuah kesempatan, sebuah perjalanan, dan sebuah tarian bersama ayahnya dan ia pun akan memutar sebuah lagu yang tidak akan pernah habis....
Ia berharap untuk bisa melihat ayahnya lagi untuk yang terakhir kalinya, langkah bersamanya untuk yang terakhir kalinya, dan menari bersamanya untuk yang terakhir kalinya dan ia pun akan memainkan musik yang tidak akan pernah berakhir....
Karena ia akan sangat ingin untuk bisa menari lagi bersama ayahnya....
Terkadang iaakan mendengarkan bagaimana ibunya menangis untuk sang ayah, dan ia berdoa untuk ibunya lebih dari dirinya sendiri. Dan ia tahu ia berdoa meminta terlalu banyak. Ia meminta agar Dia mau mengembalikan kembali satu-satunya lelaki yang dicintai Ibunya. Dan dia tau Dia tidak melakukan itu biasanya, tetapi ibunya sangat ingin untuk menari lagi bersama ayahnya. Dan setiap ia tidur inilah yang ia impikan.